Kamis, 24 November 2011

Ekologi Manusia; biodeversity


KONSERVASI EKOSISTEM LAUT
(PANTAI, ESTURIA, BAKAU/MANGROVE)
by:   Yeti Chotimah


KATA PENGANTAR

       Pada masa ini berbagai permasalahan yang dihadapi oleh manusia mengerucut pada hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan. Masalah pencemaran, banjir, tanah longsor, kepunahan spesies, ledakan hama atau serangan hewan tertentu di sebuah daerah. Perlu adanya upaya pemecahan komprehensif yang  harus dilatarbelakangi oleh dasar ilmu pengetahuan yang harus berkolaborasi dengan ilmu pengetahuan lainnya. Ekologi, biologi konservasi dan keanekaragaman hayati.
            Kelangkaan dan kepunahan spesies merupukan permasalahan utama yang terjadi pada level populasi. Struktur dan perubahan komunitas serta keanekaragaman hayati. Interaksi populasi organisme dengan factor abiotik memberikan gambaran bagaimana alam bekerja dalam mengelola dan mengatur dirinya sendiri. Fenomena tersebut didiskripsikan dengan pendekatan kesetimbangan dan non kesetimbangan 
       Di penjuru dunia secara keseluruhan  dari aktivitas manusia dapat mengubah struktur trofik, aliran energy, siklus bahan kimia, dan gangguan alamiah proses-proses ekosistem yang merupakan tempat berlangsungnya kehidupan di darat mauapun lautan. Hampir 50% lahan di dunia sudah dirombak menjadi pemukiman manusia. Sehingga semakin berkurangnya habitat dari mahluk hidup selain manusia.
       Makalah ini menyajikan berbagai fenomena permasalahan kelautan yang sedang dihadapi. Serta melihat lebih dekat krisis keanekaragaman biologis dan ilmu biologi konservasi. Strategi konservasi yang sudah banyak dilakukan oleh para ahli dalam upaya memperlambat laju kepunahan.
       Penulisan makalah ini tentunya masih banyak permasalahan yang harus dibahas namun belum tersajikan didalamnya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Ucapan terima kasih terutama Bapak dan Ibu Dosen yang sudah memberikan wacana, inspirasi dan informasi. Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua sebagai guru yang merupakan garda depan konservasi alam.
      


Penulis,



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar belakang ………………………………………………
a.    Pengertian konservasi ……………..…………………….
b.    Permasalahan kelautan ………………………………….
c.    Faktor abiotik…………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Ekosistem air laut
a. Pantai ……………………………………………………
b. Esturia……………………………………………………
c. Bakau atau  Mangrove  …………………………………
d. Terumbu Karang…………………………………………
     2.2  Konservasi Sumber daya ekosistem laut
     2.3 Etika Lingkungan …………………………………………
BAB III ADAPTASI APLIKASI DI INDONESIA
3.1  Hukum perundangan Konservasi di Indonesia …………..
3.2   Upaya pelestarian laut di Indonesia ………………………
3.3   Upaya perbaikan biota laut di Indonesia …………………
3.4   Peran masyarakat dalam Konservasi SDA Indonesia…….
BAB IV PENUTUP …………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN







BAB I.  PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
a.       Pengertian ekologi dan konservasi
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik organisme dengan lingkungan biotiki dan abiotik. Interaksi tersebut dapat terjadi pada level organisasi  baik tingkat populasi,  komunitas atau ekosistem.  Ekologi sendiri disebut juga sebagai biologi lingkungan karena ekologi juga menekankan bagaimana factor-faktor luar mempengarui organism dan bagaimana pula organism itu mengubah keadaan sekelilingnya. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel dari Jerman pada 1869. Ekologi berasal darikata oikos yang artinya rumah/ tempat tinggal. Sedangkan logos berarti ilmu atau telaah. Ilmu yang berkaitan dengan genetika, fisiologi,perilaku, evolusi, dan konservasi.
Gambar 1. Hubungan ekologi dengan ilmu lain
fisiologi

Ekologi
      perilaku
genetika
Evolusi


Ilmu  yang erat hubungannya dengan ekologi atau biologi lingkungan  yakni biologi konservasi dan keanekaragaman hayati. Biologi konservasi menurut Indrawan dkk (3) “merupakan ilmu lintas disiplin terpadu yang dikembangkan untuk menghadapi permasalahan kepunahan spesies dan ekosistem. Masih dengan konsep yang sama” Menurut Dombeck (55) “biologi konservasi  merupakan ilmu yang beorientasi pada tujuan yang mencari penyelesaian untuk menghadapi krisis keanekaragaman biologis,  dari penurunan yang sangat cepat.” Charles Elton (1927) menyatakab ekologi merupakan iilmu yang mempelajari sejarah alamiah, ilmu mahluk hidup.Definisi yang lebih spesifik lagi menurut Anderwata.(1961) bahwa ekologi merupakan kajian ilmiah mengenai distribusi dan kelimpahan mahluk hidup. Sehingga pengertian dari konservasi   ialah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mempertahankan keberadaan sebuah spesies tertentu di suatu wilayah tertenu pula.
       Terdapat tiga tujuan utama biologi konservasi; pertama menyelidiki dampak manusia terhadap keberadaan dan kelangsungan hidup spesies, komunitas dan ekosistem; kedua, mengembangkan pendekatan praktis utntuk menghindari kepunahan spesies, menjaga vareasi genetic dalam spesies, serta melindungi dan memperbaiki komunitas biologi dan fungsi ekosistem terkait; ketiga, mempelajari dan mendokumentasikan aspek keanekaragaman hayati (Wilson.1992) dalam  Indrawan dkk.2007).                          

b.      Permasalahan kelautan
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuary dan terumbu karang. Dimana dalam perkembangannya untuk melihat keberagaman dan tatanannya dengan menggunakan dua cara yakni model kesetimbangan dan model ketidakseetimbangan.  model kesetimbangan komunitas  terfokus pada stabilitas yang dapat diprediksi organisasi komunitasnya dalam skala kecil.  Terdapat dua faktor penentu kesetimbangan yakni kompetisi dan predasi. Ada juga yang disebut model ketidakseimbanan komunitas yang dikemukakan oleh Gleason(1929) yang terfokus pada gangguan komunitas.
 Gangguan merupakan kejadian dengan pola khusus yang merusak struktur komunitas dan mengubah ketersediaan sumberdaya atau lingkungan fisik yang nantinya akan berpengaruh terhadap spesies itu sendiri dan juga kehidupan manusia. Faktor dari gangguan  bisa berupa perubahan iklim, angin, penyakit, atau perusakan oleh manusia dan lain sebagainya. Pengaruh ganguan dapat ditemukan di berbagai ekosistem. Contoh pada ekosistem laut  yang sampai dengan sekaranng masih dianggap sebagai tong sampah raksasa. Hal inilah yang menyebabkan tingginya pencemaran berbagai limbah, termasuk bahanberbahaya dan beracun di perairan.
Contoh perilaku manusia yang merusak ekosistem laut; dengan adanya Penangkapan ikan yang berlebihan merupakan masalah yang cukup serius di berbagai Negara apalagi dengan memakai pukat harimau, maka ikan dengan ukuran masih anakan juga ikut tertangkap. Di daerah sepanjang pesisir pulau Jawa missal di Muncar-Banyuwangi perburuan terumbu karang di pantai juga mengakibatkan jumlah plankton berkurang, sehingga sejak tahun 1991 diprediksi banyak ikan yang bermigrasi ke selat bali. Akibatnya tangkapan nelayan semakin merosot. Belum lagi dengan banyaknya pembuangan limbah industri dan rumahtangga juga semakin memperparah pencemaran di pantai. Perusahaan dan pabrik industri mengalirkan limbah dan materi-materi kimia lainnya ke dalam laut, hal ini turut berperan besar terhadap pencemaran laut.
Gangguan oleh alam, contohnya badai siklon yang terjadi pada tahun1972 berpengaruh terhadap luas  penutupan area terumbu karang yang tidak tertutupi oleh pulau sehingga terumbu karang mengalami penurunan jumlah area. Kasus lain yakni pembuangan zat kimia yang tergolong merkuri yang terjadi di teluk  minamata-Jepang, yang mengakibatkan munculnya benjolan pada tubuh manusia yang memanfaatkan sumber daya laut untuk dikonsumsi. Terutama kebiasan mengkonsumsi ikan dalam jumlah banyak. Dimana setelah dilakukan berbagai macam penelitian ikan di teluk minamata tercemar oleh merkuri, dengan  gejala kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya mati.
Global warming (pemanasan global) merupakan salah satu penyebab perubahan dari struktur kimia yang ada di lautan dan proses perubahan ekosistem laut lainnya, dan hal tersebut merupakan ancaman terhadap jutaan spesies biota laut yang tidak dapat bertahan dengan temperature yang tinggi dan menyebabkan naiknya permukaan laut
Gambar 3; Ilustrasi pendangkalan air laut
Pestisida dan obat-obatan yang digunakan dalam pertanian yang pada akhirnya bermuara pada air laut, menimbulkan masalah serius diantaranya mengakibatkan kurangnya oksigen dalam air yang dapat membunuh habitat biota laut dan ikan-ikan.
Tumpahan minyak pada musibah kapal tanker sangat mencemari lautan, disinyalir kejadian ini menimbulkan pencemaran laut yang dahsyat terhadap eksostem laut. Juga adanya polusi udara bertanggung jawab pada satu sepertiga kontaminasi racun dan bahan-bahan yang dapat masuk ke dalam wilayah perairan pantai dan laut. Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Pb dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa ini pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas bumi yang turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir. Selanjutnya Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan kejadian tersebut maka banyak negara di dunia mengurangi tetraeil Pb pada minyak bumi dan gas alam untuk mengurangi pencemaran Pb di atmosfir.
Biota laut yang telah tercemar seperti ganggang yang telah beracun, cholera, tanaman laut dan telah memasuki wilayah laut dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekologi laut.Membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran, melempar jangkar dan berjalan-jalan di atas terumbu karang, serta menggunakan bom atau putas juga dapat merusak terumbu karang.

Gambar 2: kematiam masal                 gbr 3. Sampah pengunjung laut muncar
Gbr 4. Sampah di pantai
 





Gbr 5. Pembuangan sampah industri dan rumah tangga di pantai
Gbr 6 pencemaran dr tumpahan                         Gbr 7. Krisis mangrove
minyak di laut

Gbr 8 tumpahan minyak yg               gbr 9 ombak dengan busa terbanyak
bercampur dengan sampah



c.         Faktor abiotik
Organisme di alam senantias berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan sendiri terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik juga dapat dibedakan menjadi dua yakni daya abiotik dan factor abiotik. Daya  abiotik adalah lingkungan abiotik yang diperlukan oleh organism dan ketersediaannya akan berkurang jika dimanfaatkan oleh organism, misalnya air, udara, tanah. Factor abiotik adalah jenis parameter abiotik selain sumber daya, misalnya suhu, PH, kadar iar tanah, kelembapan udara, salinitas. Suhu dan kelembapan merupakan factor abiotik yang sangat penting dalam mempengaruhi interaksi organism dan lingkungannya.
Pengaruh factor abiotik bisa di pandang dari berbagai sudut sesuai kemampuan organism. Pertama respon adaptif, kemampuan organism dalam mengembangkan kemampuan untuk menetralkan pengaruh factor lingkungan atau yang disebut juga dengan homeostatis. Kemampuan lainnya yakni dalam bentuk menghindari stress lingkungan dengan berbagai macam cara. Missal migrasinya ikan-ikan pada musim kawin atau musim dingin. Adapaun factor abiotik menurut Leksono (2007) sebagai berikut;
1.    Pengaruh suhu dan adaptasi organisme sangat signifikan. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Contoh klasik bisa diamati pada  hewan poikilotermi, adaptasi ikan terhadap suhu dingin dengan menyimpan glukosa dengan titik beku 00C.
2.    Air berpengaruh terhadap ekosistem . air sangat penting bagi organism namun kesediaannya semakin dramatis di berbagai habitat. Organisme air laut hidup terendam didalam lingkungan akuatik. Namun organisme tersebut mengalami permasalahan keseimbangan air. Jika tekanan osmotik intaseluler tidak sesuai dengan tekanan osmosis di sekitarnya.
3.    Tanah yang merupakan tempat hidup organism. Di dalam laut, setiap jenis subtract menyediakan unsure penting yang dibutuhkan untuk kepentingan organism tersebut.
4.    Garis lintang menunjukkan kondisi lingkungan yang menyebabkan perbedaan distribusi organism di permukaan bumi.
5.     Ketinggian tempat menentukan jenis organism yang hidup di daerah tersebut. Karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda pula. Pada zona air laut terletak jua pada area pasang suru dan dasar laut
6.    Angin berperan dalam menentukan kelembapan, evaporasi (hilangnya panas melalui penguapan) dan konveksi (pendinginan)
7.    Curah hujan dibutuhkan untuk kelangsungan mahluk hidup bagi ikan terutama.
8.    Cahaya matahari, memberikan energy yang menggerakkan hamper seluruh organism ekosistem.
9.    Ecotype merupakan perbedaan bentuk subpopulasi secara morfologis ataupun genetic sebagai respon terhadap habitat yang spesifik. Di perairan,  dalam uji frekwensi alel pada beberapa lokus yang berbeda menyebabkan ikan yang berada di tempat yang berbeda memiliki kecepatan berenang dan perbedaan laju perkembangan.
                          

















BAB II. PEMBAHASAN

2.1  Ekosistem air laut
       Laut merupakan wilayah interaksi diantara tiga unsure utama yakni daratan, perairan dan udara. Pergerakan air sungai, aliran air limpasan, aliran air tanah, air tawar serta segenap isinya akan bermuara kepada laut sebagai zona penyangga atau buffer zone (fachrul;121).  Sebagai ekosistem yang unik karena tersapat daerah mulai dari daerah pasang surut, esturia, hutan bakau terumbu karang, dan padang lamun.  Wilayah pesisir di identikkan selalu dekat dengan kota besar yang merupakan gerbang informasi, tempat mencari mata pencaharian, lalulintas barang, dan transportasi masal. Namun dengan aktivitas manusia yang tinggi dan cenderung berlebihan, maka wilayah pesisir rentan terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga perlu adanya ruang atau wilayah konservasi bagi lautan dan kesinambungan kehidupan.(fachrul;123)
       Habitat laut (oceanografi) ditandai dengan salinitas (kadar garam) yang tinggi denngan ion CL mencapai 55%. Di daerah tropik suhu permukaan laut dapat mencapai 300C dan dasar permukaan laut mencapai 20C dengan batasan antara lapisan air yang panas dan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
       Pembagian zonasi laut;
1.      wilayah permukaan horizonlat; litoral, pelagis, bentik.
2.      Wilayah kedalamannya;
a.       Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan darat, laut dan dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut. Dengan penghuni ganggang, porifera, anemon laut, remis, kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut dan ikan kecil-kecil. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang-surut  dibedakan berdasarkan karakteristiknya. Pertama; pes-caprae, formasi baringtonia, estuary, dan terumbu karang. Pada level kedalaman, laut dibedakan sesuai bioma yang ada, yaknin wilayah litoral, neritik,  pelagik, upwelling dan coral reef.
b.      Estuari
Estuaria  merupakan muara tempat bersatunya sungai dengan laut yang dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas.  Factor abiotik yang penting adalah kadar garam(salinitas). Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari air tawar ke laut. Komunitas tumbuhan antara lain; ganggang, fitoplankton dan diatom. Komunitas hewan antara lain; berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan serta beberapa invertebrate dan ikan. 
Peranan Estuaria menurut odum(1971) dalam Leksono
1.    Sebagai daerah/ wilayah perairan yang subur dan mempunyai produktifitas yang tinggi sebagai pendukung fito-zoo plankton
2.    perairan estuaria merupakan perangkap nutrien yang menyebabkan produktifitasnya tinggi dan subur sehingga merupakan daerah asuhan  (Nurcery Ground) berbagai jenis organisme
3.    Sekitar 90% jenis ikan niaga yang pada waktu dewasa hidup di air tawar atau air laut bebas memanfaatkan estuaria sebagai tempat perawatan telur, mengasuh larva dan tempat mencari makan.

c.       Bakau atau mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Contoh tumbuhan bakau bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah nipah (Nypa fruticans) ,api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus). Beberapa contoh hewan pemakan deposit seperti moluska, kepiting dang cacing polychaeta.

Menurut Kasmedi (2001), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut :
1.    Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
2.    Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi. Juga mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta penyerapan polutan perairan.

3.    Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4.    Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5.    Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
6.    Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
7.    Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
8.    Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar