KONSERVASI
EKOSISTEM LAUT
(PANTAI, ESTURIA, BAKAU/MANGROVE)
by: Yeti Chotimah
KATA
PENGANTAR
Pada
masa ini berbagai permasalahan yang dihadapi oleh manusia mengerucut pada
hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan. Masalah pencemaran, banjir,
tanah longsor, kepunahan spesies, ledakan hama atau serangan hewan tertentu di
sebuah daerah. Perlu adanya upaya pemecahan komprehensif yang harus dilatarbelakangi oleh dasar ilmu
pengetahuan yang harus berkolaborasi dengan ilmu pengetahuan lainnya. Ekologi,
biologi konservasi dan keanekaragaman hayati.
Kelangkaan
dan kepunahan spesies merupukan permasalahan utama yang terjadi pada level
populasi. Struktur dan perubahan komunitas serta keanekaragaman hayati.
Interaksi populasi organisme dengan factor abiotik memberikan gambaran
bagaimana alam bekerja dalam mengelola dan mengatur dirinya sendiri. Fenomena
tersebut didiskripsikan dengan pendekatan kesetimbangan dan non kesetimbangan
Di
penjuru dunia secara keseluruhan dari aktivitas
manusia dapat mengubah struktur trofik, aliran energy, siklus bahan kimia, dan
gangguan alamiah proses-proses ekosistem yang merupakan tempat berlangsungnya
kehidupan di darat mauapun lautan. Hampir 50% lahan di dunia sudah dirombak
menjadi pemukiman manusia. Sehingga semakin berkurangnya habitat dari mahluk
hidup selain manusia.
Makalah
ini menyajikan berbagai fenomena permasalahan kelautan yang sedang dihadapi.
Serta melihat lebih dekat krisis keanekaragaman biologis dan ilmu biologi
konservasi. Strategi konservasi yang sudah banyak dilakukan oleh para ahli
dalam upaya memperlambat laju kepunahan.
Penulisan
makalah ini tentunya masih banyak permasalahan yang harus dibahas namun belum
tersajikan didalamnya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Ucapan terima kasih terutama Bapak dan Ibu Dosen yang sudah memberikan wacana,
inspirasi dan informasi. Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
kita semua sebagai guru yang merupakan garda depan konservasi alam.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang ………………………………………………
a. Pengertian
konservasi ……………..…………………….
b. Permasalahan
kelautan ………………………………….
c. Faktor
abiotik…………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekosistem air laut
a. Pantai ……………………………………………………
b. Esturia……………………………………………………
c. Bakau atau Mangrove …………………………………
d. Terumbu Karang…………………………………………
2.2 Konservasi
Sumber daya ekosistem laut
2.3 Etika Lingkungan …………………………………………
BAB III ADAPTASI APLIKASI DI INDONESIA
3.1 Hukum
perundangan Konservasi di Indonesia …………..
3.2 Upaya pelestarian laut di Indonesia
………………………
3.3
Upaya perbaikan biota laut di Indonesia …………………
3.4 Peran masyarakat dalam Konservasi SDA
Indonesia…….
BAB IV PENUTUP …………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
|
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
a. Pengertian
ekologi dan konservasi
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
organisme dengan lingkungan biotiki dan abiotik. Interaksi tersebut dapat
terjadi pada level organisasi baik
tingkat populasi, komunitas atau
ekosistem. Ekologi sendiri disebut juga
sebagai biologi lingkungan karena ekologi juga menekankan bagaimana
factor-faktor luar mempengarui organism dan bagaimana pula organism itu
mengubah keadaan sekelilingnya. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh
Ernest Haeckel dari Jerman pada 1869. Ekologi berasal darikata oikos yang
artinya rumah/ tempat tinggal. Sedangkan logos berarti ilmu atau telaah. Ilmu
yang berkaitan dengan genetika, fisiologi,perilaku, evolusi, dan konservasi.
Gambar 1. Hubungan ekologi dengan ilmu lain
fisiologi
|
Ekologi
|
perilaku
|
genetika
|
Evolusi
|
Ilmu yang erat hubungannya dengan ekologi atau
biologi lingkungan yakni biologi
konservasi dan keanekaragaman hayati. Biologi konservasi menurut Indrawan dkk
(3) “merupakan ilmu lintas disiplin terpadu yang dikembangkan untuk menghadapi
permasalahan kepunahan spesies dan ekosistem. Masih dengan konsep yang sama”
Menurut Dombeck (55) “biologi konservasi
merupakan ilmu yang beorientasi pada tujuan yang mencari penyelesaian
untuk menghadapi krisis keanekaragaman biologis, dari penurunan yang sangat cepat.” Charles
Elton (1927) menyatakab ekologi merupakan iilmu yang mempelajari sejarah
alamiah, ilmu mahluk hidup.Definisi yang lebih spesifik lagi menurut Anderwata.(1961)
bahwa ekologi merupakan kajian ilmiah mengenai distribusi dan kelimpahan mahluk
hidup. Sehingga pengertian dari konservasi
ialah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mempertahankan keberadaan
sebuah spesies tertentu di suatu wilayah tertenu pula.
Terdapat tiga
tujuan utama biologi konservasi; pertama menyelidiki dampak manusia terhadap
keberadaan dan kelangsungan hidup spesies, komunitas dan ekosistem; kedua,
mengembangkan pendekatan praktis utntuk menghindari kepunahan spesies, menjaga
vareasi genetic dalam spesies, serta melindungi dan memperbaiki komunitas
biologi dan fungsi ekosistem terkait; ketiga, mempelajari dan mendokumentasikan
aspek keanekaragaman hayati (Wilson.1992) dalam
Indrawan dkk.2007).
b.
Permasalahan kelautan
Ekosistem air laut
dibedakan atas lautan, pantai, estuary dan terumbu karang. Dimana dalam
perkembangannya untuk melihat keberagaman dan tatanannya dengan menggunakan dua
cara yakni model kesetimbangan dan model ketidakseetimbangan. model kesetimbangan komunitas terfokus pada stabilitas yang dapat diprediksi
organisasi komunitasnya dalam skala kecil.
Terdapat dua faktor penentu kesetimbangan yakni kompetisi dan predasi.
Ada juga yang disebut model ketidakseimbanan komunitas yang dikemukakan oleh
Gleason(1929) yang terfokus pada gangguan komunitas.
Gangguan merupakan kejadian dengan pola khusus
yang merusak struktur komunitas dan mengubah ketersediaan sumberdaya atau
lingkungan fisik yang nantinya akan berpengaruh terhadap spesies itu sendiri
dan juga kehidupan manusia. Faktor dari gangguan bisa berupa perubahan iklim, angin, penyakit,
atau perusakan oleh manusia dan lain sebagainya. Pengaruh ganguan dapat ditemukan
di berbagai ekosistem. Contoh pada ekosistem laut yang sampai dengan sekaranng masih dianggap
sebagai tong sampah raksasa. Hal inilah yang menyebabkan tingginya pencemaran
berbagai limbah, termasuk bahanberbahaya dan beracun di perairan.
Contoh perilaku manusia
yang merusak ekosistem laut; dengan adanya Penangkapan ikan yang berlebihan merupakan masalah yang cukup
serius di berbagai Negara apalagi dengan memakai pukat harimau, maka
ikan dengan ukuran masih anakan juga ikut tertangkap. Di daerah sepanjang
pesisir pulau Jawa missal di Muncar-Banyuwangi perburuan terumbu karang di
pantai juga mengakibatkan jumlah plankton berkurang, sehingga sejak tahun 1991
diprediksi banyak ikan yang bermigrasi ke selat bali. Akibatnya tangkapan
nelayan semakin merosot. Belum lagi dengan banyaknya pembuangan limbah industri
dan rumahtangga juga semakin memperparah pencemaran di pantai. Perusahaan dan pabrik
industri mengalirkan limbah dan materi-materi kimia lainnya ke dalam laut, hal
ini turut berperan besar terhadap pencemaran laut.
Gangguan oleh alam,
contohnya badai siklon yang terjadi pada tahun1972 berpengaruh terhadap
luas penutupan area terumbu karang yang
tidak tertutupi oleh pulau sehingga terumbu karang mengalami penurunan jumlah
area. Kasus lain yakni pembuangan zat kimia yang tergolong merkuri yang terjadi
di teluk minamata-Jepang, yang
mengakibatkan munculnya benjolan pada tubuh manusia yang memanfaatkan sumber
daya laut untuk dikonsumsi. Terutama kebiasan mengkonsumsi ikan dalam jumlah
banyak. Dimana setelah dilakukan berbagai macam penelitian ikan di teluk
minamata tercemar oleh merkuri, dengan
gejala kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan
degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini
biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan,
kegilaan,
jatuh koma dan akhirnya mati.
Gambar 3; Ilustrasi pendangkalan air laut
Pestisida dan obat-obatan yang digunakan dalam pertanian
yang pada akhirnya bermuara pada air laut, menimbulkan masalah serius
diantaranya mengakibatkan kurangnya oksigen dalam air yang dapat membunuh
habitat biota laut dan ikan-ikan.
Tumpahan minyak pada musibah
kapal tanker sangat mencemari lautan, disinyalir kejadian ini menimbulkan
pencemaran laut yang dahsyat terhadap eksostem laut. Juga adanya polusi udara
bertanggung jawab pada satu sepertiga kontaminasi racun dan bahan-bahan yang
dapat masuk ke dalam wilayah perairan pantai dan laut. Timbal (Pb) juga
salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap
manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan
penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya.
Pb dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa
ini pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas
bumi yang turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir. Selanjutnya Pb tersebut
jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan kejadian tersebut maka banyak negara
di dunia mengurangi tetraeil Pb pada minyak bumi dan gas alam untuk mengurangi
pencemaran Pb di atmosfir.
Biota
laut yang telah tercemar seperti ganggang yang telah beracun, cholera, tanaman
laut dan telah memasuki wilayah laut dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan
ekologi laut.Membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai
menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran, melempar jangkar
dan berjalan-jalan di atas terumbu karang, serta menggunakan bom atau putas
juga dapat merusak terumbu karang.
Gambar 2: kematiam masal gbr
3. Sampah pengunjung laut muncar
Gbr 4. Sampah di pantai
Gbr 6 pencemaran dr tumpahan Gbr 7. Krisis mangrove
minyak di laut
Gbr 8 tumpahan minyak
yg gbr 9 ombak dengan busa terbanyak
bercampur dengan sampah
c.
Faktor abiotik
Organisme di alam
senantias berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan sendiri terdiri atas
lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik juga dapat dibedakan menjadi
dua yakni daya abiotik dan factor abiotik. Daya
abiotik adalah lingkungan abiotik yang diperlukan oleh organism dan
ketersediaannya akan berkurang jika dimanfaatkan oleh organism, misalnya air,
udara, tanah. Factor abiotik adalah jenis parameter abiotik selain sumber daya,
misalnya suhu, PH, kadar iar tanah, kelembapan udara, salinitas. Suhu dan kelembapan
merupakan factor abiotik yang sangat penting dalam mempengaruhi interaksi
organism dan lingkungannya.
Pengaruh factor abiotik
bisa di pandang dari berbagai sudut sesuai kemampuan organism. Pertama respon
adaptif, kemampuan organism dalam mengembangkan kemampuan untuk menetralkan
pengaruh factor lingkungan atau yang disebut juga dengan homeostatis. Kemampuan
lainnya yakni dalam bentuk menghindari stress lingkungan dengan berbagai macam
cara. Missal migrasinya ikan-ikan pada musim kawin atau musim dingin. Adapaun
factor abiotik menurut Leksono (2007) sebagai berikut;
1. Pengaruh
suhu dan adaptasi organisme sangat signifikan. Suhu berpengaruh terhadap
ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup.
Contoh klasik bisa diamati pada hewan
poikilotermi, adaptasi ikan terhadap suhu dingin dengan menyimpan glukosa
dengan titik beku 00C.
2. Air
berpengaruh terhadap ekosistem . air sangat penting bagi organism namun
kesediaannya semakin dramatis di berbagai habitat. Organisme air laut hidup
terendam didalam lingkungan akuatik. Namun organisme tersebut mengalami
permasalahan keseimbangan air. Jika tekanan osmotik intaseluler tidak sesuai
dengan tekanan osmosis di sekitarnya.
3. Tanah
yang merupakan tempat hidup organism. Di dalam laut, setiap jenis subtract
menyediakan unsure penting yang dibutuhkan untuk kepentingan organism tersebut.
4. Garis
lintang menunjukkan kondisi lingkungan yang menyebabkan perbedaan distribusi
organism di permukaan bumi.
5. Ketinggian tempat menentukan jenis organism yang
hidup di daerah tersebut. Karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan
kondisi fisik dan kimia yang berbeda pula. Pada zona air laut terletak jua pada
area pasang suru dan dasar laut
6. Angin
berperan dalam menentukan kelembapan, evaporasi (hilangnya panas melalui
penguapan) dan konveksi (pendinginan)
7. Curah
hujan dibutuhkan untuk kelangsungan mahluk hidup bagi ikan terutama.
8. Cahaya
matahari, memberikan energy yang menggerakkan hamper seluruh organism
ekosistem.
9. Ecotype
merupakan perbedaan bentuk subpopulasi secara morfologis ataupun genetic
sebagai respon terhadap habitat yang spesifik. Di perairan, dalam uji frekwensi alel pada beberapa lokus
yang berbeda menyebabkan ikan yang berada di tempat yang berbeda memiliki
kecepatan berenang dan perbedaan laju perkembangan.
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1 Ekosistem air laut
Laut merupakan wilayah
interaksi diantara tiga unsure utama yakni daratan, perairan dan udara.
Pergerakan air sungai, aliran air limpasan, aliran air tanah, air tawar serta
segenap isinya akan bermuara kepada laut sebagai zona penyangga atau buffer
zone (fachrul;121). Sebagai ekosistem
yang unik karena tersapat daerah mulai dari daerah pasang surut, esturia, hutan
bakau terumbu karang, dan padang lamun.
Wilayah pesisir di identikkan selalu dekat dengan kota besar yang
merupakan gerbang informasi, tempat mencari mata pencaharian, lalulintas
barang, dan transportasi masal. Namun dengan aktivitas manusia yang tinggi dan
cenderung berlebihan, maka wilayah pesisir rentan terhadap kerusakan
lingkungan. Sehingga perlu adanya ruang atau wilayah konservasi bagi lautan dan
kesinambungan kehidupan.(fachrul;123)
Habitat laut (oceanografi)
ditandai dengan salinitas (kadar garam) yang tinggi denngan ion CL mencapai
55%. Di daerah tropik suhu permukaan laut dapat mencapai 300C dan
dasar permukaan laut mencapai 20C dengan batasan antara lapisan air
yang panas dan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Pembagian zonasi laut;
1. wilayah
permukaan horizonlat; litoral, pelagis, bentik.
2. Wilayah
kedalamannya;
a. Pantai
Ekosistem pantai
letaknya berbatasan dengan darat, laut dan dan daerah pasang surut. Ekosistem
pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut. Dengan penghuni ganggang,
porifera, anemon laut, remis, kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang
laut dan ikan kecil-kecil. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah
pasang-surut dibedakan berdasarkan
karakteristiknya. Pertama; pes-caprae, formasi baringtonia, estuary, dan
terumbu karang. Pada level kedalaman, laut dibedakan sesuai bioma yang ada,
yaknin wilayah litoral, neritik,
pelagik, upwelling dan coral reef.
b. Estuari
Estuaria merupakan muara tempat bersatunya sungai
dengan laut yang dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas. Factor abiotik yang penting adalah kadar
garam(salinitas). Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari air tawar ke
laut. Komunitas tumbuhan antara lain; ganggang, fitoplankton dan diatom.
Komunitas hewan antara lain; berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan serta
beberapa invertebrate dan ikan.
Peranan Estuaria menurut
odum(1971) dalam Leksono
1. Sebagai
daerah/ wilayah perairan yang subur dan mempunyai produktifitas yang tinggi
sebagai pendukung fito-zoo plankton
2. perairan
estuaria merupakan perangkap nutrien yang menyebabkan produktifitasnya tinggi
dan subur sehingga merupakan daerah asuhan (Nurcery Ground) berbagai
jenis organisme
3. Sekitar
90% jenis ikan niaga yang pada waktu dewasa hidup di air tawar atau air laut
bebas memanfaatkan estuaria sebagai tempat perawatan telur, mengasuh larva dan
tempat mencari makan.
c. Bakau
atau mangrove
Menurut Kasmedi (2001), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut :
1. Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
2. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi. Juga mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta penyerapan polutan perairan.
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi. Juga mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta penyerapan polutan perairan.
3. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
6. Sumber alam dalam kawasan
(In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
8. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.